Friday, July 24, 2009

STORI OF MY WEDDING PARTY

Selamat datang di blog saya.
Halaman ini saya cipta hanya karena hobby menulis yang berlebihan. Walaupun saya bukan penulis yang cukup handal. Blog ini saya khususkan untuk menulis kisah saya dan istri ketika berada dalam fase perkawinan. Kutulis sekitar 15 tahun setelah perkawinan kami berlangsung. Kucipta semua ini hanyalah sebagai kenang kenangan buatku dan istri saya tercinta, dan juga buat teman teman yang berminat untuk mengetahui lebih jauh. Semoga halaman ini berguna untuk teman teman pembaca.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

DAFTAR BACAAN

1. Malam ini LEN resmi jadi istriku.
2. Wedding party.
3. Budaya keluarga istriku.
4. Pakaian dalam perkawinan kami.
5. Penyerahan.
6. Seandainya aku tahu.
7. Sampai jumpa lagi.
8. Tugu kebersamaan.
9. Sambutan hangat saudaraku.
10. Di rumah ayahku.
11. Mie jomput.
12. Midnight pertama di bawah atap yang sama.
13. Busana pengantin budaya ayahku.
14. Pemberian gelar.
15. Bersanding di pelaminan.
16. Gambar apengantin.
17. Pengantin baru.
18. Menyanyikan lagu IWAN FALS.
19. Tembang When I need you.
20. Di penghujung pesta.
21. Selamat datang hari esok.


Oleh penulis buku 40 HARI DI TANAH SUCI.

21. SELAMAT DATANG HARI ESOK

Pada malam harinya, kami sudah lelah sekali. Tentu saja sangat melelahkan sekali. Memang peralatan pesta di luar rumah sudah dibereskan family dan tetangga. Tapi yang di dalam rumah, tentu kami semualah yang akan merapikannya kembali. Bekas gelas yang sudah dipakai disimpan lagi ke tempatnya, piring juga begitu. Demikian juga peralatan yang lainnya.
Malam ini, semua kado dan hadiah pernikahan juga sudah mulai kami buka satu persatu. Ada kado dengan isi yang bernilai mahal, ada yang biasa biasa. Saya tidak memandang mana yang mahal dan yang murah. Saya sudah salut pada semua tamu dan tetangga yang sudah berbaik hati. Saya hanya memandang keikhlasan semua. Saya menerima semua ini dengan rasa gembira dan rasa bangga. Tak tahu lagi bagaimana membalaskan budi baik semua ini. Ayahku, ibuku, kakakku, abngku, temanku, dan juga semua family dan tetangga kami yang telah mendapat kelelahan yang sangat demi wedding party kami. Hanya doa dan terima kasih yang bisa kubalaskan pada mereka.
Usai melakukan semua ini, mulailah aku dan Len menikmati malam dan siang kami sebagai suami istri. Mulailah kami menghadapi kehidupan ini pada hari hari berikutnya. Lembaran baru untuk hidup bersama telah kami mulai. Saya hanya bisa ucapkan SELAMAT DATANG HARI ESOK.
Oleh penulis buku 40 HARI DI TANAH SUCI.

20. DI PENGHUJUNG PESTA

Seusai pesta, kami masih diajak lagi untuk berphoto di pelaminan di ruang tamu dengan pakaian selayar. Ketika sedang asyik berphoto di ujung pesta kami, tiba tiba temanku Ilham datang. Ia masih sempat mau bergabung untuk berphoto, tapi salah satu dari anggota keluargaku melarangnya untuk ikut. Jadinya ia mundur dan tak mengusulkan untuk berphoto lagi. Mulanya saya kasihan melihat dia tidak diperkenankan untuk berphoto, tapi mengingat dia salah seorang sahabat akrabku tapi baru di ujung pestalah ia baru menampakkan hidungnya, jadinya saya tak begitu menyukainya pada akhirnya. Dia sungguh tak seperti temanku yang lain. Saling bantu membantu dalam suka dan duka. Seperti Marwan, Bahri, Basyid. Semua temanku ikv membantu terlaksanana pesta kami. Entah kenapa Ilham jadi begini saat saya dalam pesta perkawinanku.
Waktu terus berlalu. Tamu tamu pestapun sudah mulai pulang satu persatu. Hingga tak ada lagi yang tersisa kecuali saudara kandungku sendiri. Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih sebanyak banyaknya pada tamu yang telah meringankan langkahnya untuk membantu memeriahkan pesta kami, begitu juga pada semua sahabatku. Semoga bantuan para tamu dan sahabatku akan dicatat Tuhan sebagai perlakuan mereka yang menguntungkan bagi mereka sendiri di hari akhir.
Di awal malam, tiba pulalah bagi kami untuk menikmati makan malam. Ibu dan saudara perempuanku terus mengajari istriku bagaimana melayani suaminya ketika setiap makan. Mulailah istriku dipandu oleh ibuku untuk menjadi istriku, bukan lagi sebagai pacarku. Mulai hari ini, mulailah istriku dipandu ibuku untuk memasak seperti cara memasak keluarga kami. Mulailah diajari bagaimana seharusnya berbuat pada suami dalam segala hal. Karena memang LEN sudah menjadi istriku, sudah menjadi keluarga kami. Mulanya saya kasihan pada istriku karena banyaknya yang mau diajari. Termasuk ketika saya sedang makan, istri harus menemaninya hingga selesai.
Dan banyak lagi yang diajari. Tapi saya meyakinkan diriku, apa yang diajarkan ibuku tentu sesuatu yang lebih baik buatku dan Len. Ibuku pasti menginginkan kami agar terus rukun untuk selamanya. Istriku juga nampak ikhlas menurutinya, sebab iapun hanya dituntun untuk melayani orang yang dicintainya sebaik baiknya.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

19. TEMBANG WHEN I NEED YOU

Setelah selesai berduet dengan istriku, ternyata tamu meminta lagi agar kami menyanyikan lagu yang lain sebagai tambahan. Tapi akhirnya saya yang mengambil alih. Saya yang menjadi wakil kami berdua untuk membawakan tembang penghibur pesta ini karena istri saya nampak tidak suka meneruskan lagi. Saya lalu menanya pemain band apakah mereka bisa mengiringi lagu yang akan saya bawakan. Setelah mereka mengatakan bahwa mereka sanggup, lalu sayapun mulai menyanyikannya. Tapi sayang sekali, tamu dan penonton tak begitu menyukai lagu barat yang saya alunkan. Sayapun menyadari bahwa orang orang di sekitar rumahku belum begitu menyukai lagu barat pada masa itu. Tapi apa boleh buat, memang lagu baratlah kesukaanku pada masa itu. Saya tahu bahwa banyak yang tidak menyukai, itu terbukti dari banyaknya tamu dan penonton yang bertepuk tangan. Tapi sukurlah masih ada yang bertepuk tangan walau separuh dari jumlah yang tadi. Lagu yang saya bawakan itu adalah Lagu barat oleh: Rod Stewart berjudul: When I need you.
Begini lyric lagunya:
When I need you
I just close my eyes and I am with you
And all that I so want to give you
Its only a heart beat away.

When I need love
I hold out my hand and I touch love
I never knew there was so much love
Keeping me warm night and day

Miles and miles of empty space in between us
A telephone cant take the place of your smile
But you know I want be trevelling forever
Its cold out but hold out and do like I do
When I need you

When I need you
I just close my eyes and I am with you
And all that I so want to give you, baby
Its only a heart beat away.

Its not easy when the road is your driver
Honey thats a heavy load that we bear
But you know I want be trevelling a lifetime
Its cold out so hold out and do like I do
When I need you

Setelah saya selesai menyanyikan lagu yang akan menjadi lagu kenangan kami ini, kakakku yang bungsupun masih sempat membawakan dua buah lagu kesukaannya. Kemudian saya dan Lenpun sudah boleh meninggalkan tempat hiburan. Kami meninggalkan tempat itu, sementara music masih terus saja dimainkan.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

18. MENYANYIKAN LAGU IWAN FALS

Di saat asyik asyiknya menonton biduan yang asyik menyanyi, tiba tiba di antara tamu, banyak juga yang meminta agar pengantin dulu yang membawakan lagu. Ketika kudengar seseorang meminta demikian, mulanya saya diam saja. Yakin bahwa dia akan jadi diam karena tak ada yang memperdulikan. Tapi begitu bertambah orang yang mendengarnya, rupanya semakin banyak jadinya yang mengusulkan kami untuk bernyanyi. Saya sebenarnya suka ikut bergabung dengan mereka pemain music itu. tapi para tetamu mengusulkan kami untuk bernyanyi. Semakin kutolak malah semakin banyak yang mengusulkan. Sehingga akhirnya tak terelakkan. Saya dan Len akhirnya berdiri dari kursi pelaminan kami. Micropon kami terima secepatnya. Lagu kami mufakatkan apa yang kira kira sama sama bisa kami nyanyikan. Akhirmya kami menyanyi juga bersama sama di depan tamu kami. Sesuatu yang tidak begitu kesenangi pada hari itu, ternyata menjadi suatu kenangan yang indah yang tak dapat dilupakan. Betapa indah kenangannya ketika kami bernyanyi bersama. Betapa bangga saya bisa bernyanyi bersama dengan orang yang paling kuinginkan untuk menjadi istriku. Saat itu saya dan istri menyanyikan lagu Iwan Fals berjudul Kemesraan.
Begini lyric lagunya.
Suatu hari.
Dikala kita duduk ditepi pantai.
Dan memandang
Ombak di lautan yang kian menepi.
Burung camar
terbang bermain di derunya air.
Suara alam ini, hangatkan jiwa kita.
Sementara
sinar surya perlahan mulai tenggelam.
Suara gitarmu
mengalunkan melody tentang cinta.
Ada hati, membara dan erat bersatu.
Getar seluruh jiwa
tercurah saat itu.
Reff:
kemesraan ini, janganlah cepat berlalu.
Kemesraan ini, ingin ku kenang selalu.
Hatiku damai
jiwaku tentram di sampingmu.
Hatiku damai
jiwaku tentram bersamamu.

Begitu indah suasana itu. Tak kan bisa terlupa sampai akhir dunia. Semoga perkawinan kami akan abadi selama lamanya.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

17. PENGANTIN BARU

Seusai bersanding di pelaminan, kami masih diphoto beberapa kali di luar rumah, kemudian disuruh berangkat ke lantai atas rumah ayahku. Kami diphoto lagi beberapa kali di atas ranjang baru kami. Dengan posisi berdiri, duduk, ya tergantung mana yang nampak cantik menurut photografer yang telah disewa untuk memphoto di pesta pernikahan kami. Kami disuruh lagi mengganti pakaian budaya ayahku dengan pakaian selayar. Saya dengan baju jas dan celana biru. Sementara istriku dengan pakaian selayar warna putih yang amat mengembang pada bagian bawahnya. Sampai sampai bila berjalan, istri saya harus memegang pakaiannya agar tidak terinjaknya. Setelah di make up, kami diphoto lagi dengan pakaian selayar yang baru saja kami kenakan. Sesudahnya kami pergi menuju lantai bawah. Disana kami terus diarahkan untuk menuju pavilyun rumah. Disana kami lagi lagi disandingkan. Tapi bukan lagi dengan pakaian adat. Tapi kami sudah sedang memakai pakaian selayar. Di pavilyur rumah ini kami menikmati iringan music yang memeriahkan pesta kami. Lagunya tentunya lagu lagu yang sedang top pada masa itu. Kakakku yang bungsu sempat juga membawakan sebuah lagu dengan irama jazz. Memang begitulah lagu kesukaan kakakku. Dia asyik menyanyi dan menari di depan pemain guitar dan pemain drum yang lagi asyiknya mengiringi lagu yang dibawakan kakakku. Sementara aku dan LEN duduk saja bersanding menyaksikan lagu lagu yang sedang mengalun. Kami yang masih berusia muda pada saat itu memang sangat suka music. Sementara ibu dan ayahku yang tidak menyukai iringan music ini, lebih memilih bertahan saja di dalam rumah karena merasa tak menyukai music ini. Sementara saya pada masa itu bersedia menjadi pemain drumnya kalau diizinkan. Tapi saya tak memintanya karena saya dìhadirkan disini hanya untuk disandingkan dengan istri sebagai pengantin baru, bukan pemain music.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you